ABSTRAK
Satua
Bali merupakan salah satu kesusastraan bali tradisional yang disebut dengan
sastra lisan. Semakin berumur tua satua Bali semakin punah dan kurang diminati
lagi akibat dari perkembangan zaman yang semakin maju. Satua Bali yang
mengandung berbagai nilai-nilai yang luhur sekarang sudah digeser keberadaannya
oleh tayangan-tayangan televisi seperti yang isinya kurang mendidik.Selain
satua mengandung nilai-nilai yang luhur agama masyarakat dulu pada umumnya
banyak yang mengetahui cerita atau satua yang menjadi hiburan menjelang tidur. Hindu,bisa
juga digunakan sebagai hiburan yang mengasyikan nilai yang mengandung unsur
fantasi bagi anak-anak . Satua juga merupakan sarana pendidikan moral dan budi
pekerti pada anak yang harus ditanamkan
sejak dini utuk membentuk karakter anak, satua secara tidak langsung menjadi
alat komunikasi antara anak dan orangtua pada masa dulu.
Penelitian
ini membahas satua-satua yang berjudul I
Buta Teken I Lumpuh,Siap Selem, I Belog, Taluh Mas,dan Nang Cubling yang
merupakan satua-satua Bali kumpulan I
Nengah Tinggen. Dari kelima satua-satua tersebut yang menarik diteliti adalah
karakteristik tokohnya yang ditinjau dari unsur Intrinsik dan Ekstrinsik serta
Nilai Pendidikan Karakter yang terkandung dalam cerita, karena dapat memberikan
dampak yang sangat baik bagi pembacanya yang dipetik dari segi positifnya. Segi
positif yang dimaksud adalah bagaimana pembaca mampu memilah karakter tokoh
yang bisa dijadikan tauladan dan mana yang tidak perlu ditiru dalam kehidupan
sehari-hari. Dan dapat mengetahui bagaimana isi dalam cerita tersebut, karena
pada masa ini jarang masyarakat yang mengajarkan satua atau cerita tradisional
kepada anak-anaknya. Padahal cerita tersebut dapat memberikan dampak positif
bagi perkembangan anak pada masa ini. Karena informasi yang sekarang ini lebih
membuat seseorang tersebut merasa berbuat ke segi negative.
ARTIKEL
SATUA BALI
·
Satua I Buta dan I Lumpuh
Satua I Buta dan I Lumpuh sangat
mengharukan semua orang, karena kegigihan mereka berdua dalam menjalani hidup.
Meskipun mereka berdua mengalami banyak kekurangan dalam menjalani hidup ini,
tetapi mereka selalu mempunyai cara agar bisa makan untuk kebutuhan
sehari-hari, meskipun dengan cara meminta bantuan dari orang lain. Rencana
adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk
meminta makanan kerumah-rumah warga ,
dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih
melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi uang, nasi, dan buah-buahan. Suatu hari I
Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa
yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi
saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Buta dan I Rumpuh
akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I
buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu
saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar
tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu
dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
Unsure
intrinsiknya:
1.
TEMA
Tema cerita merupakan dasar pemikiran
dari sebuah karangan. Nurgiyantoro (2000:68) menungkapkan bahwa “tema merupakan
dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks
sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.
Tema dari cerita I Buta dan I Lumpuh :
Semangat dan Kegigihan Kakak Beradik dalam menjalani kerasnya kehidupannya.
Kutipan : “Sedek dina anu ngomong I Lumpuh, “ Beli
jalan ja luas kumah-umah anake ngidih-ngidih,tusing duga baan icing naanang
basang seduk “.
Mesaut Beline,Kenkenang Beli ngalih
ambah-ambahan Beli tuara ngenot apa-apaan.Jet cai masih tuara ngidayang mejalan
awak lumpuh “. Mesaut I Rumpuh, Kene pepineh icange,Beli tusing ninggalin
apa-apaan,nanging kereng mejalan. Batis icange rumpuh,nanging matan icange
cedang.Yen beneh munyin icange,gandong icang,icang metujuin ambah-ambahan”.
(I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya
: “Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada
kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk
minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari. Kakaknya
menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bisa melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bisa
berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
I Rumpuh menjawab, “saya punya ide,
kakak tidak bisa melihat apa-apa, tetapi
masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak
bisa berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana
saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari
makanan”.
2. Amanat
Amanat cerita I Buta teken I Lumpuh : “Kita
harus tabah dan ikhlas dalam menjalani segala cobaan dalam kehidupan ini.Jangan pernah menyerah,meski
dalam keadaan yang sulit. Yakinlah suatu saat nanti kebahagiaan akan datang
kedalam hidup kita “.
Kutipan :
“Mara ia ninggalin kaanan I Buta ajaka I Rumpuh buka ento,lantas meto
kenehne ”. ( I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya
: I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan.
Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya
mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan
saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
3.
Penokohan
Pelaku yang terlibat dalam karya sastra
tersebut
-
I Buta
-
I Rumpuh
-
Saudagar
4.
Sudut Pandang
Dimana
seoraang penulis memposisikandiri atau
kedudukannya dalam membawakan cerita
Unsure
ekstrinsik :
-
Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini sangat kental dengan budaya bali,
karena pengarangnya menceritakan kehidupan di Bali.
-
organisasi social : dapat saling membantu diantara sesame mahluk ciptaan Tuhan
yang sedang mengalami kesulitan.
Kutipan
: “makejang anake kapiolasan, kangen ningalin undukne I Buta teken I Rumpuh.
Ada maang pipis, ada maang nasi, ada maang who-wohan, ada masih anake maang
lungsuhan panganggo.
I
Nengah Tinggen (2003,1)
·
Satua I Siap Selem
Satua
I Siap Selem menceritakan kehidupan dua binatang yang bermusuh, dan tinggal
satu rumah yaitu siap selem dan kuuk. Kuuk selalu mencari cara agar bisa
memakan Siap Selem. Suatu malam siap Selem mendengar rencana kuuk yang mau
memakan dirinya, dan dia membuat rencana agar dia dan anak-anaknya bisa selamat
dari niat jahat I Kuuk. Suatu malam Siap Selem berkata kepada anak-anaknya,
agar terbang untuk meninggalkan tempat yang mereka tempati. Anak yang paling
besar yang terbang pertama, dan bersuara sangat keras. Lalu Meng Kuwuk
bertanya, “Siap Selem sesuatu apa yang jatuh itu ? lau Siap selem menjawab daun
tingkih Ipan. Dan anak yang berikutnya terbang. Lalu Meng Kuwuk bertanya lagi,
“Sipa Selem benda apa yang jatuh itu ? lalu Siap Selem kembali menjawab daun
Timbul Ipan. Dan anak yang berikutnya ikutan terbang. Meng Kuwuk bertanya
kembali, “Siap Selem benda apa yang jatuh itu ? dan Siap Selem kembali
menjawab, Daun bamboo Ipan. Semu anaknya Siap Selem sudah terbang, hanya anak
yang paling kecil yang tidak bias terbang. Lalu Siap Selem berpesan kepada
Olagan anaknya paling kecil. “kalau kamu mau dimakan oleh Meng Kuwuk, katakana
bahwa daging kamu sekarang masih licin, dan nanti kalau sudah tumbuh bulu kamu
boleh memakan saya”. Sesudah selesai member pesan kepada anaknya lalu Siap
Selem terbang meninggalkan I Olagan sendirian. Ketika Olgan sudah tumbuh bulu,
semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata
“sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya
mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak
11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti
permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan
sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap
Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang
dia miliki.
Unsure
intrinsic :
1. TEMA
Kebodohan seekor meng kuwuk (kucing hutan), yang mau
dibohongi oleh Siap Selem
Kutipan : “yen enu pada nongos dini sinah amahe
teken I Kuwuk. “Ditu lantas ane paling gedenan makeber, berber, burbur, suak.
Lantas metakon I Kuwuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung ?” “inggih , daun
tingkih ipan.
-“Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun
tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun
ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa
titian.
Artinya : “ kalau masih kita tinggal disini maka
kitaa akn dimakan oleh I Kuwuk. “dan anak yang paling besar langsung terbang,
berber, burbur, suak. Kemudian I Kuwuk bertanya, “Ih Siap Badeng benda apa yang
jatuh ?” “ daun tingkih Ipan.
-“Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya
dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang
terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas
kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
2.
amanat
Manat
yang didapat dari cerita Siap Selem Yaitu : “ jangan pernah percaya begitu saja
dengan perkataan yang diucapkan orang lain, karena apa yang mereka katakana
belum tentu benar. Dan kita juga jangan pernah berbuat jahat kepada sesorang,
karena kejahatan akan selalu kalah melawan kebaikan.
Kutipan
:” Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten
pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput
ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.
Artinya :”
Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya
sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan.
Kemudian jero bebas memakan saya.
Unsure
ekstrinsik :
-
Unsur kebudayaan yang ada cerita ini
sangat kental dengan kehidupan binatang yang ada di Bali.
-
Organisasi Sosial : berkelompok dalam
satu tempat dengan kehidupan yang berbeda
Kutipan
: “ada tuturan satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, Olagan ane paling
cenika. Ade kone kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah pianak enu cenik-cenik”.
I
Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya
: ada cerita mengenai Siap Selem, ia mempunyai anak tujuh ekor, Olagan
merupakan anak paling kecil. Dan ada Kuuk (kucing hutan) yang tinggal satu
rumah dengannya, kuuk itu juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
·
Satua Taluh Mas
Dalam
cerita ini dicerikata seorang manusia yang mempunya sifat sombong dan angkuh,
kemuadian ada juga yang baik. Dan dceritakan kalu kita dengan ikklas membantu
seseorang, maka kita akan mendapat hasil yang lebih dari pertolongan kita
tersebut. Suatu hari ada seekor burung merpati jatuh di area rumah keluarga
yang jahat tersebut, karena burung merpati tersebut dalam keadaaan terluk jadi
dia tidak mampu terbang. Karena orang jahat ini engetahui ada seekor burung
merpati jatuh di are rumahnya, dia merasa sangat marah. Karena dia mengira
bahwa burung merpati tersebut akan merusak tanaman yang dia miliki. Lalu burung
merpati tersebut diusir, akhirnya burung merpati itu berusaha terbng sekuat
tenaga, dan burung itu pun kembali jatuh. Untungnya burung tersebut jatuh di
area rumah keluwarga yanag baik. Melihat ada burung merpati yang terluka, ia langsung mengambil
dan merawat burung merpai tersebut sampai lukanya sembuh, setelah sembuh burung
itu pun dilepaskan. kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya
dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut
bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan
telurnya pun emas. Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi
kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut.
Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian
di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana.
Unsure
intrinsic :
a. Ni
Daa Dana
“Sawatara petang dina,
darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i
pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia
mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane
ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
Halaman 4
b. Ni
Daa Corah
“Mara Ni Daa Corah
nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib kaumah ni sugihe nagih
mamaling dara.
1. WATAK
1) Ni
Daa Dana sangat baik hati
“laut makeber darane
totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan
trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk
darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
2) Ni
Daa Corah sangat jahat, iri hari dan tidak suka membantu orang lain.
“Sedek dina anu ada dara ulung
dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas
mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg
pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
Unsure
ekstrinsik :
-
Unsur kebudayaan yang terdapat dalam
cerita ini mengenai kehidupan yang saling menolong dengan sesaama dalam umat
hindu.
-
Organisasi Sosial : saling membantu
dalam kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang diberikan.
Kutipan
: “mara tawange ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kema nuduk darane
ento, laut ubuhine melah-melah. Sasubane tatune uwas lantas elebine
I
Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya
: “baru diketahui ada seekor burung merpati jatuh di areal rumahnya, kemudian
dia menolong burung tersebut, kemudian dipelihara dengan baik sampai lukanya
sembu, dan di lepaskannya lagi.
·
Satua I Belog
Dalam
cerita ini menceritakan tentang pemuda yang sangat bodoh, sampai dia tidak
dapat membedakan mayat dengan orang yanag masih hidup. kemudian langsung Ibunya
I Belog berpikir “ kenapa memantunya tidak pernah keluar kamar, kemudian
ditengoknya ke kamar”. Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada
mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa
kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “
kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah
Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”.
I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya
kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk, dan badannya dingin”. Karena belum mandi
tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog
bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab
“tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk,
sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang
ke sumur. Saat itu I Belog kentut, dan baunya sangat busuk. I Belog kemudian
berpikir. “ternyata saya sudah meninggal”. Kemudian dia lari dan membuang
dirinya ke daalam sumur. Kemudian I Belog meninggal.
Unsure
intrinsic :
1. TEMA
Jangan
pernah mau menjadi orang yang bodoh, karena hal yang bodoh dapat menyesatkan
kita.
2. TOKOH
a. I
Belog
“Sedek dina anu I Belog
mlali-lali ka desa len. Di mulihne ia ngentasin sema linggah pesan. Mara ia
teked di tengah semane nget nepukin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
b. Memenne
“I Belog lantas morahan
teken memenne, “meme, meme, icing ngrorodang anak luh jegeg pesan”. Mmemenne
ngmong, “anak luh dia ento?”
3. WATAK
1) I
Belog : sangat bodoh
2) Memenne
: penurut
4. ALUR
Alur
yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju karena penulis menceritakan
peristiwa dari awal sampai akhirnya belog dan memenne meninggal.
5. LATAR
a. Latar
tempat : Di tengah semane, Jumahan
meten, Sembere, Peken
“Mara ia teked di tengah semane nget nepuin ia bangke
anak luh kaliwat jegeg pesan”.
“Sambilanga ngrengkeng
keto, lantas bangkene ento abana kumahne, tur clepangan jumahan meten”.
“Jani meme lakar
kutang. Sambilanga ngomong keto, lantas memenne kejuk, tur kapaid kaba ka
sembere. Jet ja memenne jerit-jerit, masih tuara linguanga, lantas kacemplungang
ka sembere”.
“Kacrita I Belog nu
padidiana, tusing ada anak nyakanang ia. Baan layah basangne, lantas ia ka
peken meli ubi, kasela, gatep muah ane len-lenan, ane sarwa mudah-mudah”.
6. AMANAT
Dalam
hidup sebaiknya kita mau belajar agar kita tidak menjadi orang yang bodoh yang
dapat merugikan diri kita sendiri.
Unsure
ekstrinsik :
-
Unsur kebudayaan yang ada pada cerita
ini identik dengan situasi di Bali
-
Organisasi social : membantu sesama,
meskipun orang yang sudah meninggal dunia.
Kutipan
: “lantas ia nyinduk nasi lakar baange kurenanne. Mara ia neked jumahan meten,
nasine ento pejange di samping anake eluh ento, sambilange ngomong “luh, luh
bangun malu madaar nasi “.
I
Nengah Tinggen (2003,10)
Artinya
: “ kemudian ia mengambil nasi untuk istrinya. Sesaampainya ia di rumah meten,
nasinya ditaruh disamping perempuan tersebut, sambil berkata “ luh, luh bangun
makan dulu”.
·
Satua Nang Cubling
Satua
ini menceritakan sekumpulan monyet yang bisa dibohongi oleh sesorang yang
benama Nang Cubling. Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan
Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang
lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang
Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang
Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut
datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis.
Bojog tersebut langsung bertanya, “ Men
Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah
meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di
kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus
Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet
mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong
kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur
mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar
dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun
mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang
sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram
monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun
kembali diurug.
Unsure intrinsic :
Monyet
yang mau percaya dengan semua perkataan Nang Cubling.
- Amanat
Sebaiknya
kita dapat bertanya kepada seseorang untuk mencari jawaban yang pasti, agar
tidak setengah-setengah dalam mendapatkan informasi.
Unsure ekstrinsik :
-
Unsur kebudayaan yang terdapat dalam
cerita ini mengenai kehidupan masyarakat zaman dulu, yang mau mengonsumsi
daging monyet.
-
Orgaanisasi social : “ sekumpulan monyet
berusaha mencari sesorang yang telah membunuh salah satu temannya “
Kutipan
: “mara I bojog ningeh munyin Nang Cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib
maorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teke, lakar ngrejek Nang
Cubling”.
I
Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya
: “ ketika si monyet mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian ia
lari untuk member tahu teman-temannya. Tidak lama kemudian banyak monyet yang
datang untuk menggrebek Nang Cubling.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Kebudayaan
merupakan konsep yang sangat luas dan kompleks yang dapat diinterpretasikan
secara beragam. Selain kebudayaan universal dikenal pula kebuayaan lokal yang
menyimpan kearifan lokal. Sementara kearifan lokal yang kesemuanya merupakan
sebuah kompleksitas kebudayaan. Salah satu budaya tradisi lisan seperti cerita
rakyat juga mengandung kearifan lokal dalam isi ceritanya. Cerita rakyat
sebagai bagian dari foklore dapat dikatakan menyimpan sejumlah informasi sistem
budaya seperti filosofi, nilai, norma, perilaku masyarakat..
Dalam era modern, satua-satua masih
berfungsi dan dipercaya dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari sering
dijumpai peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan cerita rakyat,
misalnya : pada malam hari tidak boleh bersiul, tidak boleh keluar rumah pada
sore hari (sandi kala), tidak boleh menduduki bantal, tidak boleh tidur
menghadap selatan atau barat, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Dari
berbagai macam satua di Bali, yang menarik untuk diteliti adalah satua-satua
yang berjudul I Buta dan I Lumpuh,Siap Selem,I Belog,Nang Cubling dan Taluh Mas
yang merupakan satua bali kumpulan I
Nengah Tinggen. Satua I Buta dan I Lumpuh bertemakan kehidupan kakak beradik
yang menderita cacat fisik,namun karena kegigihan dan semangat mereka,kehidupan
mereka berubah lebih baik dari sebelumnya. Satua Siap Selem bertemakan Cerita
Siap Selem yang selalu diganggu oleh Men Kuwuk,namun dengan tipu daya akhirnya
Men Kuwuk dapat dikalahkan. Kemudian satua I Belog bertemakan Kebodohan
seseorang yang bernama I Belog yang tidak mengerti apa-apa,yang akhirnya mati
karena kebodohannya sendiri. Satua Nang Cubling bertemakan Tipu daya Nang
Cubling untuk menutupi kesalahan yang dilakukannya.Sedangkan satua Taluh Emas
menceritakan Kehidupan dua pasang keluarga yang memilki tabiat yang berbeda.
1.2 TUJUAN
Dapat mengetahui cerita-cerita
rakyat pada zaman sekarang ini, karena dalam zaman sekarang ini, banyak
masyarakat yang tidak mengetahui cerita-cerita zaman dahulu, padahal
cerita-cerita lama lebih cenderung member dampak positif bagi kehidupan di
dunia ini. Dibandingkan dengan cerita zaman sekarang yang cenderung berdampak
pada tingkah laku yang negative.
1.3 MANFAAT
Dapat
mengetahui isi atau pendidikan karakter yang ada pada cerita-cerita zaman
dahulu. Yang dapat memberikan kita wawasan untuk cenderung berbut kea rah yang
baik. Dan mengetahui tokoh-tokoh atau jalur cerita yang ada pada cerita
tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Ringkasan Cerita
A.
SATUA I BUTA TEKAN I RUMPUH
Di suatu desa ada anak miskin yang bersaudarakan dua orang.
Kakaknya buta,dan adiknya lumpuh. Karena mereka tidak bias bekerja,
kadang-kadang satu hari mereka tidak makan.
Suatu hari I Rumpuh berbicara
kepada kakaknya, “kakak mari kita
berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia
saya menahan lapar setiap hari.
Kakanya menjawab, “bagaimana cara
kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bias melihat apa-apa, dan kamu juga
tidak bias berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
I Rumpuh menjawab, “saya punya ide,
kakak tidak bias melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan
saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai
mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan
menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
Rencana adiknya disetujui oleh
kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya
mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan
mereka berdua. Ada warga yang memberi
uang, nasi, dan buah-buahan.
Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi
ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut,
ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak
mempunyai anak. Meliha kondisi I Buta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut
mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat
senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka
kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua
merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
B.
SATUA SIAP SELEM
Ada sebuah cerita mengenai Siap
Selem, Siap Selem mempunyai tujuh orang anak, anak yang paling kecil bernama
Olagan. Siap Selem tinggal satu rumah bersama Meng Kuwuk, Meng Kueuk juga
mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Setiap hari Meng Kuwuk selalu membuat rencana
untuk bias memakan Siap Selem. Setiap malam anak Meng Kuwuk meminta
kaki,sayap,leher,kepala, perut, dan pantat Siap selem. Karena Siap Selem sudah
mengetahui rencana dari Meng Kuwuk yang mau memakannya, akhirnya Siap Selem
mencari ide agar bias pergi dari tempat mereka tersebut.
Suatu hari sayap keenem anak Siap Selem sudah tumpuh, hanya
anak yang paling kecil belum tumbuh bulu sayapnya. Suatu malam Siap Selem
berkata kepada anak-anaknya, agar terbang untuk meninggalkan tempat yang mereka
tempati. Anak yang paling besar yang terbang pertama, dan bersuara sangat
keras. Lalu Meng Kuwuk bertanya, “Siap Selem sesuatu apa yang jatuh itu ? lau
Siap selem menjawab daun tingkih Ipan. Dan anak yang berikutnya terbang. Lalu
Meng Kuwuk bertanya lagi, “Sipa Selem benda apa yang jatuh itu ? lalu Siap
Selem kembali menjawab daun Timbul Ipan. Dan anak yang berikutnya ikutan
terbang. Meng Kuwuk bertanya kembali, “Siap Selem benda apa yang jatuh itu ?
dan Siap Selem kembali menjawab, Daun bamboo Ipan. Semu anaknya Siap Selem
sudah terbang, hanya anak yang paling kecil yang tidak bias terbang. Lalu Siap
Selem berpesan kepada Olagan anaknya paling kecil. “kalau kamu mau dimakan oleh
Meng Kuwuk, katakana bahwa daging kamu sekarang masih licin, dan nanti kalau
sudah tumbuh bulu kamu boleh memakan saya”. Sesudah selesai member pesan kepada
anaknya lalu Siap Selem terbang meninggalkan I Olagan sendirian. Setelah itu
Meng Kuwuk melihat I olagan sendirian dan mau memakannya, namu I Olagan berkata
“Jero jangan makan saya sekarang, soalnya daging saya masih licin, entar kalu
saya sudah tumbuh bulu kamu bebas memakan saya. Dan Meng Kuwuk juga setuju
dengan ide Olagan.
Ketika Olgan sudah tumbuh bulu,
semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata
“sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya
mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak
11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti
permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan
sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap
Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang
dia miliki.
C.
SATUA TALUH MAS
Ada sekumpuln orang tua yang tinggal
di Banjar Ayu. Semuanya tinggal bersebelahan. Keluarga yang satu mempunyai
sifat yang sangat buruk, tidak suka membantu orang yang sedang mengalami
kesuitan, meskipun mereka mampu untuk menolong orangtersebut. Sedangkan
keluarga yang lainnya mempunyai sifat yang sangat baik dan suka membantu
sesame.
Suatu hari ada seekor burung merpati
jatuh di area rumah keluarga yang jahat tersebut, karena burung merpati
tersebut dalam keadaaan terluk jadi dia tidak mampu terbang. Karena orang jahat
ini engetahui ada seekor burung merpati jatuh di are rumahnya, dia merasa
sangat marah. Karena dia mengira bahwa burung merpati tersebut akan merusak
tanaman yang dia miliki. Lalu burung merpati tersebut diusir, akhirnya burung
merpati itu berusaha terbng sekuat tenaga, dan burung itu pun kembali jatuh.
Untungnya burung tersebut jatuh di area rumah keluwarga yanag baik. Melihat ada
burung merpati yang terluka, ia langsung
mengambil dan merawat burung merpai tersebut sampai lukanya sembuh, setelah
sembuh burung itu pun dilepaskan.
Empat hari kemudian burung merpati
tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu.
Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke
sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Melihat hal tersebut I Dana
sangat senang karena sang burung member imbalan berupa telur emas kepada
dirinya. Tidak lama kemudian dia pun menjadi orang kaya, dan kekayaannya
melebihi kekayaan yang dimiliki tetangganya.
Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa
tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung
dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam
sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur
disana. Sudah cukup lama Ni Daa Corah menunggu burung tersebut bertelur, tapi
burung tersebut tidak pernah mengeluarkan terlurnya, sampai dia kesal dan ingin
membunuh burung tersebut. Ketika Ni Daa
Corah membuka sangkar burung tersebut, burung tersebut sudah berubah menjadi
ulah yang sangat besar dan berkepala dua puluh. Melihat hal tersebut Ni Daa
Corah sangat terkejut, dan berteriak minta pertolongan. Kemudian tetangganya
semua sudah datang, ada yang membawa tumbak, membawa kayu, yang akan dipakai
untuk membunuh ular tersebut. Sesudahnya para tetangganya nyampai sana, ular
itupun kembali berubah menjadi burung merpati dan langsung terbang ke dalam
hutan. Semua warga sangat kagum melihat kesaktian burung merpati tersebut, dan
mereka pun takut karena burung tersebut dikatakan Batara Nyalantara. Dan Ni Daa Corah dikatakan
jahat.
D.
SATUA I BELOG
Ad sebuah cerita yang berjudul I
Belog, setiap hari kegiatannya hanya jalan-jalan dan makan.
Pada
suatu hari I Belog jalan-jalan ke suatu Desa. Waktu pulang di melewati kuburan
yang sangat luas. Baru sampai di tengah-tengah kuburan dia menemukan mayat
seorang cewek yang sangat cantik. Kemudian I Belog bertanya, “ Luh mau tidak
menjadi istrinya saya ?” mayat tersebut diam saja tanpa menjawab. “oh… dia suka
sama saya, lansung aja ngendong dibawa pulang” begitu kata I Belog. Kemudian
mayat tersebut dibawa pulang, dan di taruh di Umah Meten. I Belog kemudian
member itahu Ibunya karena dia membawa seorang cewek yang sangat cantik.
Kemudian Ibunya bertanya, “cewek dari mana itu ?” kemudian I Belog menjawab, “
saya temukan di kuburan tadi “. Ibunya kembali bertanya,” terus dimana dia
sekarang ?” kiemudian I Belog kembali menjawab, “ disana di Umah Meten, jangan
ditengok dulu karena dia masih malu-malu “. Kemudian I Belog ngambil nasi untuk
istrinya. Kemudian nasi tersebut ditaruh disamping cewek tersebut, sambil di
ngomong “ Luh, luh bangun makan nasinya dulu”. Makelo I Belog menunggu, cewek
tersebut tidak mau bangun juga. Kemudian I Belog berpikir, apakah dia malu
kalau di damping disini, lebih baik saya tinggal saja dulu. Kemudian dia
keluar, dan pintu kambar ditutupnya. Karena lauknya enak-enak, kemudian
datanglah kucing ke Umah Meten, makan lauk tersebut. Kucing tersebut saaling
berebut di Umah Meten, ada yang makan dagingnya, ada sayurnya, dan ada yang
mengacak-acak nasimya. Sesudah lauknya habis semua kucing kembali pergi.
Kemudian datang I Belog untuk menengok istrinya, dilihatnya nasi berserakan dan
dagingnya sudah habis. Dengan cepatnya I Belog keluar untuk member tahu Ibunya,
“ Ibu, ibu istri saya sudah makan, tetapi dia tidak suka makan nasi, daging aja
yang dia suka”. Kemudian I Belog mengambil daging untuk istrinya. Ketika
ditengok daging tersebut sudah habis. I Belog sangat senang, karena dia mengira
istrinya yang memakan daging tersebut. Setiap hari dia selalu menaruh daging di
samping cewe tersebut, sesudah dia keluwar kamar datang para kucing untuk
memakan daging tersebut. Sudah lama kemudian langsung Ibunya I Belog berpikir “
kenapa memantunya tidak pernah keluar kamar, kemudian ditengoknya ke kamar”.
Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan
kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang
sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri
saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih
Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian
bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “
kalau orang mati baunya busuk, dan dan badannya dingin”. Terus ini mayat
diapain sekarang ? kemudian Ibunya berkata “ dibuang aja ke sumur, sambil
berbicara mayat tersebut lngsung dibawa untuk dibuwang ke dalam sumur. Sudah
selesai membuang mayat tersebut, Ibunya kembali pulang. Karena belum mandi
tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog
bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab
“tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk,
sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang
ke sumur.
sekarang
I Belog hidup sendirian tidak ada yang nmembuat masakan. Karena terlalu lapar,
kemudia di ke pasar membeli ubi, ketela, gatep, dan lain-lain yang murah-murah.
Ketika perunya sudah kenyang, kemudian dia pulang. Sekarang I Beloghanya
sendirian tinggal dirumah, tidak ada orang yang diajak ngomong. Saat itu I
Belog kentut, dan baunya sangat busuk. I Belog kemudian berpikir. “ternyata
saya sudah meninggal”. Kemudian dia lari dan membuang dirinya ke daalam sumur.
Kemudian I Belog meninggal.
E.
SATUA NANG CUBLING
Diceritakan di sebuah desa ada anak
yang bernama nang Cubling. Pada suatu hari dia masangin monyet di sebuah
sungai, kemudian ada monyet besar datang dan bertanya, “Nang Cubling, perut apa
itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “ basang I Lut”, kemudian monyet tadi
tidak lagi bertanya, kemudian langsung pergi. Kemudian ada seekor monyet yang
kembali datang dan bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang
Cubling menjawab, “ basang I Lut”, kemudian monyet itu pergi. Banyak monyet
yang datang dan bertanya, tetapi Nang Cubling menjawab dengan jawaban yang
sama.
Diceritakan sekarang ada seekor
monyet kecil bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling
menjawab, “basang I Lut”. Monyet tersebut kembali bertanya, “ I Lut itu, I Luta
pa ?” Nang Cubling kembali menjawab, basang I Lut. Monyet tersebut kembali
mempertegas jawaban Nang Cubling. “ I Lut itu, babi ?” Nang Cubling menjawab, “
tidak, I Lut itu, I Lut, I Lut, I Lut…………tung”. Monyet tersebut menyuruh Nang
Cubling untuk menjawab lebih keras lagi, Nang Cubling menjawab, “ I Lut, I Lut,
I Lut, I Lutung”. Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan
Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang
lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang
Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang
Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut
datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis.
Bojog tersebut langsung bertanya, “ Men
Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah
meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di
kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus
Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet
mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong
kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur
mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar
dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun
mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang
sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram
monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun
kembali diurug.
2.2 UNSUR INTRISIK
SEBUAH KARYA SASTRA
A. UNSUR INTRINSIK CERITA I BUTA
TEKEN I RUMPUH
1. TEMA
Tema
cerita merupakan dasar pemikiran dari sebuah karangan. Nurgiyantoro (2000:68)
menungkapkan bahwa “tema merupakan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.
Tema
dari cerita I Buta dan I Lumpuh : Semangat dan Kegigihan Kakak Beradik dalam
menjalani kerasnya kehidupannya.
Kutipan
: “Sedek dina anu ngomong I Lumpuh, “
Beli jalan ja luas kumah-umah anake ngidih-ngidih,tusing duga baan icing
naanang basang seduk “.
Mesaut
Beline,Kenkenang Beli ngalih ambah-ambahan Beli tuara ngenot apa-apaan.Jet cai
masih tuara ngidayang mejalan awak lumpuh “. Mesaut I Rumpuh, Kene pepineh
icange,Beli tusing ninggalin apa-apaan,nanging kereng mejalan. Batis icange
rumpuh,nanging matan icange cedang.Yen beneh munyin icange,gandong icang,icang
metujuin ambah-ambahan”.
(I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya
: “Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada
kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk
minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari. Kakaknya
menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bisa melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bisa
berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
I Rumpuh menjawab, “saya punya ide,
kakak tidak bisa melihat apa-apa, tetapi
masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak
bisa berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana
saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari
makanan”.
2. Amanat
Amanat cerita I Buta teken I Lumpuh : “Kita
harus tabah dan ikhlas dalam menjalani segala cobaan dalam kehidupan ini.Jangan pernah menyerah,meski
dalam keadaan yang sulit. Yakinlah suatu saat nanti kebahagiaan akan datang
kedalam hidup kita “.
Kutipan :
“Mara ia ninggalin kaanan I Buta ajaka I Rumpuh buka ento,lantas meto
kenehne ”. ( I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya
: I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk
berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan,
tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong
saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
3.
Alur atau Plot
Alur
menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan
hubungan-hubungan konsolitas itu memiliki struktur.
4.
Penokohan
Pelaku yang terlibat dalam karya sastra
tersebut
-
I Buta
-
I Rumpuh
-
Saudagar
5.
Latar Setting
Sesuatu atau keadaan yang melingkupi
pelaku dalam sebuah karya sastra
-
Latar Tempat : Di Desa anu
-
Latar Waktu : Pagi-sore hari
6.
Sudut Pandang
Dimana
seoraang penulis memposisikandiri atau
kedudukannya dalam membawakan cerita
UNSUR
INTRINSIK SATUA SIAP SELEM
1. TEMA
Kebodohan seekor meng kuwuk (kucing
hutan), yang mau dibohongi oleh Siap Selem
Kutipan : “yen enu pada nongos dini
sinah amahe teken I Kuwuk. “Ditu lantas ane paling gedenan makeber, berber,
burbur, suak. Lantas metakon I Kuwuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung ?” “inggih
, daun tingkih ipan.
-“Inggih jero Wayan, mangkin je
nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero,
keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur,
rarisang sampun baksa titian.
Artinya : “ kalau masih kita
tinggal disini maka kitaa akn dimakan oleh I Kuwuk. “dan anak yang paling besar
langsung terbang, berber, burbur, suak. Kemudian I Kuwuk bertanya, “Ih Siap
Badeng benda apa yang jatuh ?” “ daun tingkih Ipan.
-“Inggih Jero Wayan, sekarang boleh
sudah saya dimangsa, tetapi ada
keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali.
Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan
saya.
2.
amanat
Manat
yang didapat dari cerita Siap Selem Yaitu : “ jangan pernah percaya begitu saja
dengan perkataan yang diucapkan orang lain, karena apa yang mereka katakana
belum tentu benar. Dan kita juga jangan pernah berbuat jahat kepada sesorang,
karena kejahatan akan selalu kalah melawan kebaikan.
Kutipan
:” Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten
pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput
ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.
Artinya
:” Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya
sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan.
Kemudian jero bebas memakan saya.
3. Alur atau Plot
Maju,
karena dalam cerita ini penulis menceritakan kehidupan dari kecil hingga besar.
4.
Penokohan
Pelaku
yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
-
Protagonis (tokoh yang baik) : I Siap
Selem
Kutipan
:”Dadi mawanan ningeh I Siap Selem teken bakal kaamah, dadiannya ia ngalih
upaya mangdene nyidang matilar uli ditu.”
Artinya
:” karena mendengar bahwa dirinya akan dimakan, Siap Selem mencari rencana agar
bias pergi dari tempat itu.
-
Antagonis (tokoh yang jahat) : I Kuwuk
Kutipan
: “I Kuwuk ngae daya apang sida ia ngamah I Siap Selem.
Artinya
: “ setiap malam I Kuwuk selalu membuat rencana agar bias memakan I Siap Selem.
-
Figuran (tokoh pembantu) I Olagan
Kutipan : “Inggih Jero Wayan, sekarang
boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada
keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali.
Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan
saya.
Artinya
: “Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya
sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan.
Kemudian jero bebas memakan saya.
5.
Latar/ seting
Tempat
dimana cerita tersebut terjadi.
-
Latar tempat : Umah satu natah (satu
areal rumah)
Kutipan
: “ada tutura satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, olagan ane paling
cenikan. Ada kone kuwuk maumah dadi anatah, masih ngelah panak enu cenik-cenik.
Artinya
: “ ada sebuah cerita Siap Selem mempunyai anak tujuh ekor, yang paling kecil
bernama Olagan. Ada Kuwuk yang tinggal saatu tempat, dan juga mempunyai anak
yang masih kecil-kecil.
-
Latar Waktu : Tengah Lemeng (tengah
malam)
Kutipan
: “ Suba kone inganan tengah lemeng, I Siap Selem matuturan teken panakne, “Nak
cai-cai jani ajak makejang makeber abete sakaukud, matinggal uli dini.
Artinya
: “ ketika tengah malam, I Siap Selem berbicara kepada anaknya, “ Nak kamu
semua sekarang terbang satu per satu, keluar dari sini.
6.
Sudut Pandang
UNSUR
INTRINSIK SATUA TALUH MAS
1.
TEMA
Dalam
hidup sebaiknya mau menolong sesama sesame mahluk hidup ciptaan Tuhan
2.
TOKOH
a. Ni
Daa Dana
“Sawatara petang dina,
darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i
pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia
mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane
ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
Halaman 4
b. Ni
Daa Corah
“Mara Ni Daa Corah
nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib kaumah ni sugihe nagih
mamaling dara.
3. WATAK
1) Ni
Daa Dana sangat baik hati
“laut makeber darane
totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan
trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk
darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
2) Ni
Daa Corah sangat jahat, iri hari dan tidak suka membantu orang lain.
“Sedek dina anu ada
dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa
lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia
gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang
pamula-mulaane”.
Halaman 4
“Mara Ni Daa Corah
nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib ka umah ni sugihe nagih
mamaling dara. Mara darane neked kema lantas ejuka abana mulih, celepanga ka
guungan gelahne, pejanga jumah meten, apanga ia mataluh emas ditu. Nanging
darane tuara nyak mataluh. Makelo Ni Daa Corah ngantiang, masih darane tuara
mataluh, kanti gedeg nagih emposa baongne. Mara Ni Daa Corah ngungkabang jlanan
guunganne, nget darane ento masiluman dadi lelipi gede tur mandi, matendas
duang dasa. Be, apa kaden tengkejutne daane corah, lantas jerit-jerit ngidih
tulungan. Ditu pisagane laut pada teka kema,
ada ngaba tumbak, ada ngaba kayu, bakal anggona ngamatiang lelipine
ento. Mara pisagane totonan neked ditu, lantas lelipine ento buin masiluman
dadi dara laut makeber malipetan ka alase. Anake ditu pada ngon, nawang
kasaktian darane, tur pada takut orahanga darane ituni Betara nyalantara. Buina
Ni Daa Corah kaucap jele”.
Halaman 4-5
4. ALUR
Alur
yang digunakan adalah alur maju. Karena menceritakan suatu peristiwa dari awal
sampai akhir.
5. LATAR
a. Latar
waktu : “petang dina”
“Sawatara petang dina,
darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i
pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia
mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane
ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
b. Latar
tempat : Di Banjar Ayu, di pekarangan daane corah, di pekarangan daane dana, di
umah Ni sugihe, di jumah meten daane corah.
“Adak one anak daa tua
di Banjar Ayu, maumah mapunduh dadi apisaga”
“Sedek dina anu ada
dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa
lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia
gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang
pamula-mulaane”.
“laut makeber darane
totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan
trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk
darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
“Mara Ni Daa Corah
nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib ka umah ni sugihe nagih
mamaling dara”.
“Mara darane neked kema
lantas ejuka abana mulih, celepanga ka guungan gelahne, pejanga jumah meten,
apanga ia mataluh emas ditu. Nanging darane tuara nyak mataluh”.
c. Latar
suasana: sangat mengejutkan dan menegangkan
“Mara Ni Daa Corah
ngungkabang jlanan guunganne, nget darane ento masiluman dadi lelipi gede tur
mandi, matendas duang dasa. Be, apa kaden tengkejutne daane corah, lantas
jerit-jerit ngidih tulungan. Ditu pisagane laut pada teka kema, ada ngaba tumbak, ada ngaba kayu, bakal
anggona ngamatiang lelipine ento. Mara pisagane totonan neked ditu, lantas
lelipine ento buin masiluman dadi dara laut makeber malipetan ka alase. Anake
ditu pada ngon, nawang kasaktian darane, tur pada takut orahanga darane ituni
Betara nyalantara. Buina Ni Daa Corah kaucap jele”.
6. AMANAT
“Sebagai
manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain, kita tidak boleh iri kepada
kesuksesan orang lain. Jika kita mampu membantu orang, bantulah orang
tersebut”.
UNSUR
INTRINSIK SATUA I BELOG
1. TEMA
Jangan
pernah mau menjadi orang yang bodoh, karena hal yang bodoh dapat menyesatkan
kita.
2. TOKOH
a. I
Belog
“Sedek dina anu I Belog
mlali-lali ka desa len. Di mulihne ia ngentasin sema linggah pesan. Mara ia
teked di tengah semane nget nepukin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
b. Memenne
“I Belog lantas morahan
teken memenne, “meme, meme, icing ngrorodang anak luh jegeg pesan”. Mmemenne
ngmong, “anak luh dia ento?”
3. WATAK
1) I
Belog : sangat bodoh
2) Memenne
: penurut
4. ALUR
Alur
yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju karena penulis menceritakan
peristiwa dari awal sampai akhirnya belog dan memenne meninggal.
5. LATAR
a. Latar
tempat : Di tengah semane, Jumahan
meten, Sembere, Peken
“Mara ia teked di tengah semane nget nepuin ia bangke
anak luh kaliwat jegeg pesan”.
“Sambilanga ngrengkeng
keto, lantas bangkene ento abana kumahne, tur clepangan jumahan meten”.
“Jani meme lakar
kutang. Sambilanga ngomong keto, lantas memenne kejuk, tur kapaid kaba ka sembere.
Jet ja memenne jerit-jerit, masih tuara linguanga, lantas kacemplungang ka
sembere”.
“Kacrita I Belog nu
padidiana, tusing ada anak nyakanang ia. Baan layah basangne, lantas ia ka
peken meli ubi, kasela, gatep muah ane len-lenan, ane sarwa mudah-mudah”.
6. AMANAT
Dalam
hidup sebaiknya kita mau belajar agar kita tidak menjadi orang yang bodoh yang
dapat merugikan diri kita sendiri.
UNSUR
INTRINSIK SATUA NANG CUBLING
- TEMA
Monyet
yang mau percaya dengan semua perkataan Nang Cubling.
- Amanat
Sebaiknya
kita dapat bertanya kepada seseorang untuk mencari jawaban yang pasti, agar
tidak setengah-setengah dalam mendapatkan informasi.
- Alur atau plot
- Penokohan
A. Nang
Cubling
Kutipan
: “ kacerita di desa anu ada anak mapungkusan nang cubling. Sedek dina ia
masangin bojog di tukade.
Artinya
: diceritakan ada anak yang bernama Nang Cubling, suatu hari dia membersihkan
perut monyet di sungai.
b. Para
monyet
Kutipan
: “ada bojog gede teka tur matakon, “Nang Cubling basang apa to ke umbah ?”
artinya : ada monyet besar datang dan bertanya, Nang Cubling kamu sedang mencuci perut apa ?
artinya : ada monyet besar datang dan bertanya, Nang Cubling kamu sedang mencuci perut apa ?
c. Men
Cubling
Kutipan
: “Men Cubling ngenggalang nyemak yeh anget, anggone nyiam bojoge”
Artinya
: “ Men Cubling dengan cepat mengambil air hangat, yang kemudian dipakai untuk
menyirami tubuh Si Monyet.
- LATAR/SETING
a. Latar
tempat : di tukade (di sungai)
Kutipan
: “ sedek dina ia masangin bojog di tukade, lantas teka bojog gede tur matakon.
Artinya
: pada suatu hari di dia membunuh monyet di sungai, kemudian datang monyet yang
besar dan bertanya.
b. Latar
Waktu : siang hari
c. Latar
Suasana : sedih
- SUDUT PANDANG
Menggunakan
sudut pandang orang ketiga, karena pengarang berada di luar cerita.
2.3
UNSUR EKSTRINSIK KARYA SASTRA
1.
SATUA I BUTA TEKEN I LUMPUH
-
Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini sangat kental dengan budaya bali,
karena pengarangnya menceritakan kehidupan di Bali.
-
organisasi social : dapat saling membantu diantara sesame mahluk ciptaan Tuhan
yang sedang mengalami kesulitan.
Kutipan
: “makejang anake kapiolasan, kangen ningalin undukne I Buta teken I Rumpuh.
Ada maang pipis, ada maang nasi, ada maang who-wohan, ada masih anake maang
lungsuhan panganggo.
I
Nengah Tinggen (2003,1)
- SATUA SIAP SELEM
-
Unsur kebudayaan yang ada cerita ini
sangat kental dengan kehidupan binatang yang ada di Bali.
-
Organisasi Sosial : berkelompok dalam
satu tempat dengan kehidupan yang berbeda
Kutipan
: “ada tuturan satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, Olagan ane paling
cenika. Ade kone kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah pianak enu cenik-cenik”.
I
Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya
: ada cerita mengenai Siap Selem, ia mempunyai anak tujuh ekor, Olagan
merupakan anak paling kecil. Dan ada Kuuk (kucing hutan) yang tinggal satu
rumah dengannya, kuuk itu juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
- SATUA TALUH MAS
-
Unsur kebudayaan yang terdapat dalam
cerita ini mengenai kehidupan yang saling menolong dengan sesaama dalam umat
hindu.
-
Organisasi Sosial : saling membantu
dalam kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang diberikan.
Kutipan
: “mara tawange ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kema nuduk darane
ento, laut ubuhine melah-melah. Sasubane tatune uwas lantas elebine
I
Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya
: “baru diketahui ada seekor burung merpati jatuh di areal rumahnya, kemudian
dia menolong burung tersebut, kemudian dipelihara dengan baik sampai lukanya
sembu, dan di lepaskannya lagi.
- SATUA I BELOG
-
Unsur kebudayaan yang ada pada cerita
ini identik dengan situasi di Bali
-
Organisasi social : membantu sesama,
meskipun orang yang sudah meninggal dunia.
Kutipan
: “lantas ia nyinduk nasi lakar baange kurenanne. Mara ia neked jumahan meten,
nasine ento pejange di samping anake eluh ento, sambilange ngomong “luh, luh
bangun malu madaar nasi “.
I
Nengah Tinggen (2003,10)
Artinya
: “ kemudian ia mengambil nasi untuk istrinya. Sesaampainya ia di rumah meten,
nasinya ditaruh disamping perempuan tersebut, sambil berkata “ luh, luh bangun
makan dulu”.
- SATUA NANG CUBLING
-
Unsur kebudayaan yang terdapat dalam
cerita ini mengenai kehidupan masyarakat zaman dulu, yang mau mengonsumsi
daging monyet.
-
Orgaanisasi social : “ sekumpulan monyet
berusaha mencari sesorang yang telah membunuh salah satu temannya “
Kutipan
: “mara I bojog ningeh munyin Nang Cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib
maorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teke, lakar ngrejek Nang
Cubling”.
I
Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya
: “ ketika si monyet mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian ia
lari untuk member tahu teman-temannya. Tidak lama kemudian banyak monyet yang
datang untuk menggrebek Nang Cubling.
2.4
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA
1.
SATUA I BUTA TEKEN I LUMPUH
A.
Kerja keras : mereka berdua berusaha untuk meminta makanan kepada tetangganya.
Kutipan
: “I Rumpuh gandonga kaumah-umah anake ngidih-ngidih, kanti payu ia madaar “.
I
Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya
: I Rumpuh di gendong ke rumah orang-orang untuk meminta makanan, dan akhirnya
mereka berdua bias makan.
b.
kreatif : “mereka menemukan solusi agar bias mendapatkan makanan
kutipan
: “kekene papineh I cange, beli tusing ningalin apa-apa, nanging kereng
majalan. Batis icange rumpuh, nanging matan icange ceding. Yen beneh munyin
icange, gandong icang, icang matujuin beli amah-amahan”.
I
Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya
: begini ide saya, kakak tidak bias melihat apa-apa, tetapi bias berjalan. Kaki
saya lumpuh, tetapi saya bias melihat. Kalau benar ide saya, sekarang kakak
menggendong saya dan saya tunjukan jalan yang ada makanannya.
c.
mandiri : mereka berdua masih dapat bertahan meskipun dengan kekurangan yang
mereka miliki
kutipan
: “sedek dina anu I Buta ajaka I Rumpuh buin luas ngidih-ngidih. Joh kone
pejalanne ngeliwat desa”.
I
Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya
: “suatu hari I Buta Dan I Rumpuh kembali pergi untuk meminta-minta. Mereka
pergi sampai ke luar desa.
d. Menghargai
prestasi : mereka berdua dapat membantu saudagar yang telah menjadikan mereka
anak angkat.
Kutipan
: “I Buta teken I Rumpuh kendel pesan ajaka ditu, tur ia anteng pesan nulungin
melut-melut kacang tanah ane lakar adepe teken saudagare ento”
I
Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya
: I Buta dan I Rumpuh sangat senang disana, dan mereka sangat rajin sekali
membantu mengupas kulit kacang tanah yang akan di jual oleh saudagar tersebut.
e. Peduli
social
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan. Membantu dalam mengupas kulit kacang.
Kutipan
: “I Buta teken I Rumpuh kendel pesan ajaka ditu, tur ia anteng pesan nulungin
melut-melut kacang tanah ane lakar adepe teken saudagare ento”
I
Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya
: I Buta dan I Rumpuh sangat senang disana, dan mereka sangat rajin sekali
membantu mengupas kulit kacang tanah yang akan di jual oleh saudagar tersebut.
2.
SATUA SIAP SELEM
A.
Toleransi : anak kuuk masih member toleransi kepada Olagan sampai dia bias
tumbuh bulu.
Kutipan
: “pungkuran yen sampun tiang ageng, tumbuh kampid, ri kala irika rarisang
sapakayunan ngamah tiang. Dadiannya kaidepang teken I kuuk, kaingon
kamelah-melah “.
I
Nengah Tinggen (2003’3)
Artinya
: nanti kalau saya sudah besar, sayap saya sudah tumbuh bulu, disanalah kamu
boleh memakan saya. Kemudian Kuuk berpikir dan menuruti pendapat Olagan.
b.
kreatif : Siap Selem membuat rencana agar bias keluar dari tempat itu.
.
Kutipan : “I Siap Selem matuturan teken panakne, Nak cai-cai jani ajak makejang
makeber abete sekeaukud, matinggal uling dini yen nu matongos di sinah lakar
amahe teken kuuk”.
I
Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya
: “I Siap Selem member tahu kepada anak-anaknya, agar mereka semua terbaang
untuk meninggalkan tempat ini agar tidak dimakan kuuk
c.
tanggung jawab : siap selem berusaha agar anak-anaknya bias keluar dari tempat
yang sudah membahayakan kesalamatan dirinya dan anak-anaknya.
Kutipan
: “I Siap Selem matuturan teken panakne, Nak cai-cai jani ajak makejang makeber
abete sekeaukud, matinggal uling dini yen nu matongos di sinah lakar amahe
teken kuuk”.
I
Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya
: “I Siap Selem member tahu kepada anak-anaknya, agar mereka semua terbaang
untuk meninggalkan tempat ini agar tidak dimakan kuuk
3.
SATUA TALUH MAS
A. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Kutipan : “anaka ditu pada ngon,
nawang kesaktian daarane, tur pada takut orahange darane ituni Betara
nyalantara. Buin Ni Daa Corah kaucap jele.
I Nengah Tinggen (2003,5)
Artinya : semua orang pada heran,
mengetahui kesaktian yang dimiliki burung merpati tersebut, dan pada takut
karena burung yang tadi dikatakan Batara nyalantara. Dan Ni Daa Corah dibilang
bersifat jelek.
b. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.dan mau menolong burung yang sedang kesakitan
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.dan mau menolong burung yang sedang kesakitan
kutipan : “mara tawanga ada dara
ulung di pakaranganne, lantas ia kemu nuduk darane ento, laut ubuhine
melah-melah”.
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “ketika diketahui ada
seekor burung jatuh di area rumahnya, kemudian burung tersebut diambil dan di
pelihara dengan baik-baik.
c. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dengan menolong burung yang sedang terluka.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dengan menolong burung yang sedang terluka.
kutipan : “mara tawanga ada dara
ulung di pakaranganne, lantas ia kemu nuduk darane ento, laut ubuhine
melah-melah”.
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “ketika diketahui ada
seekor burung jatuh di area rumahnya, kemudian burung tersebut diambil dan di
pelihara dengan baik-baik.
4. SATUA I BELOG
A. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.tentang bagimana mayat tersebut.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.tentang bagimana mayat tersebut.
Kutipan : “I Belog lantas
ngomong, “meme yen anake mati, bengu bonne ?” memene lantas mesaut “ae, yen
anake mati bonne bengu, tur nyem awakne “.
I Nengah Tinggen (2003,11)
Artinya : “I Belog kemudian
berkata, “ibu kalau orang meninggal maunya busuk ya ?” ibunya kemudian
menjawab, “ia, kalau ada orang meninggal baunya busuk dan badannya dingin.
5. SATUA NANG CUBLING
a. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Kelompok monyet yang ingin menuntut keadilan.
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Kelompok monyet yang ingin menuntut keadilan.
Kutipan : “mara I Bojog ningeh
munyin Nang cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib meorahan teken
timpalne. Tusing makelo liu bojoge teka, lakar ngerejek Nang Cubling”
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya :” ketika I Bojog
mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian dia pergi mengadu kepada
teman-temanya. Tidak lama kemudian banyak Monyet yang datang untuk mengroyok
Nang Cubling.
BAB III
PENUTUP
3.1
SIMPULAN
Rencana
adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk
meminta makanan kerumah-rumah warga ,
dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih
melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi uang, nasi, dan buah-buahan. Suatu hari I
Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa
yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi
saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Bta dan I Rumpuh
akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I
buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu
saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar
tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu
dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
Ketika
Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu
Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum
saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan
saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk
bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng
Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk
mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal
dengan kebodohan yang dia miliki.
Empat
hari kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk
ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap
hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas.
Melihat hal tersebut I Dana sangat senang karena sang burung member imbalan
berupa telur emas kepada dirinya. Tidak lama kemudian dia pun menjadi orang
kaya, dan kekayaannya melebihi kekayaan yang dimiliki tetangganya.
Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa
tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung
dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam
sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur
disana. Sudah cukup lama Ni Daa Corah menunggu burung tersebut bertelur, tapi
burung tersebut tidak pernah mengeluarkan terlurnya, sampai dia kesal dan ingin
membunuh burung tersebut. Ketika Ni Daa
Corah membuka sangkar burung tersebut, burung tersebut sudah berubah menjadi
ulah yang sangat besar dan berkepala dua puluh. Melihat hal tersebut Ni Daa
Corah sangat terkejut, dan berteriak minta pertolongan. Kemudian tetangganya
semua sudah datang, ada yang membawa tumbak, membawa kayu, yang akan dipakai
untuk membunuh ular tersebut. Sesudahnya para tetangganya nyampai sana, ular
itupun kembali berubah menjadi burung merpati dan langsung terbang ke dalam
hutan. Semua warga sangat kagum melihat kesaktian burung merpati tersebut, dan
mereka pun takut karena burung tersebut dikatakan Batara Nyalantara. Dan Ni Daa Corah dikatakan
jahat.
Kemudian
Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia
keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di
Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati
?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat
sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau
orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati
baunya busuk, dan dan badannya dingin”. Terus ini mayat diapain sekarang ?
kemudian Ibunya berkata “ dibuang aja ke sumur, sambil berbicara mayat tersebut
lngsung dibawa untuk dibuwang ke dalam sumur. Sudah selesai membuang mayat
tersebut, Ibunya kembali pulang. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan
bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya
busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog
kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”.
Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur.
Ketika
monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian
munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian
banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling
lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan
diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling,
dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung
bertanya, “ Men Cubling kenapa anda
nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian
monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian
semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling,
dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling
sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar
bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian
semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para
monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk
menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men
Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan
akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.
3.2
SARAN
Bagi
semua lapisan masyarakat khusunya yang berada di bali agar mampu mengetahui dan
mau menganalisis satua-satua Bali zaman dulu. Karena meskipun dengan membaca
atau menganalisis, secara tidak sengaja kita juga ikut mengeksiskan sebuah
karya sastra tersebut. Dan satua-satua Bali juga tidak kalah menariknya dengan
cerita-cerita pada zaman sekarang ini. Satua-satu bali banyak mengajarkan kita
suatu pendidikan karakter yang menjadi pedoman dalam kehidupan kita sekarang ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tinggen,
I Negah.2003.Satua-Satua Bali XII.Indra
Jaya:Singaraja Bali
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas “Sastra
Lama”. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari
berbagai pihak, kami telah
berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin
dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi
berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki..
Kami menyadari
bahwa dalam penulisan dan pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan
untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang
disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.
Singaraja, 13 mei 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2
tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 manfaat............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Cerita............................................................................................ 1
2.2
unsur Intrinsik Sebuah Karya Sastra............................................................ 10
2.3 unsur ekstrinsik sebuah karya
Sastra........................................................... 26
2.4 nilai pendidikan karakter............................................................................. 29
BAB
III PENUTUP
3.1
simpulan........................................................................................................... 37
3.2
saran................................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA